Tugas 2

Sistem informasi berbasis komputer (CBIS)

Menurut Ana Kurniawati, CBIS adalah suatu bentuk sistem informasi dimana komputer memegang peran yang sangat besar. Menurut Noviyanto, CBIS adalah sistem informasi yang mempunyai tiga kemampuan dasar dalam manajemen yaitu penggenerasian laporan, pemeriksaan proses dan analisa data, kemudian kemampuan-kemampuan tersebut mendukung beberaa fungsi manajemen sampai pada taraf tertentu tetapi kemampuan tertentu lebih penting dalam beberapa fungsi lainnya. Sedangkan menurut Margianti dan Suryadi, CBIS adalah sistem informasi yang menggunakan komputer yang terdiri atas manajer, spesialis informasi, data, informasi, saluran komunikasi, dan satu komputer atau lebih untuk penyimpanan dan pemrosesan.

Evolusi CBIS

1. Fokus data

Merupakan suatu kerangka pengkordinasian sumber daya untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjai keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Fokus informasi (SIM)

Merupakan kerangka untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan/dalam subunit organisasional perusahaan yang didasarkan pada area fungsional/tingkatan manajemen.

3. Fokus pada sistem pendukung keputusan (SPK)

Disebut juga decision support system (DSS) yang membantu manajer dalam mengambil keputusan yanag spesifik untuk masalah yang lebih spesifik. Dengan kata lain, sistem ini berfungsi untuk menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai masalah yang memerlukan penilaian atau judgement dari pengambil keputusan dengan menggunakan data dan model.

4. Fokus pada komunikasi (otomatisasi kantor)

Adalah semua sistem elektronik formal dan informal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informasi kepada dan dari orang yang berada di dalam maupun di luar perusahaan.

5. Fokus pada konsultasi (sistem pakar)

Sistem komputer yang dapat melakukan penalaran terhadap persoalan tertenu seperti penalaran yang dilakukan manusia

Pemrosesan data

1. Pemrosesan batch

Adalah pemrosesan data secara kelompok, data akan diproses jika sudah mencapai batas tertentu. Pada aplikasi ini data transaksi yang terjadi disimpan dalam suatu tempat sementara sampai jumlah tertentu (atau waktu tertentu) baru kemudian akan diproses. Pendekatan ini banyak digunakan jika transaksi yang terjadi mempunyai volume yang besar dan bersifat rutin.

2. Pemrosesan online

Adalah tipe pemrosesan yang langsung memproses data ketika transaksi muncul. Pemrosesan ini digunakan untuk situasi yang bersifat dinamis, dan cocok digunakan untuk informasi yang up-to-date. Pendekatan ini disebut juga sistem pemrosesan interaktif, karena umumnya melibatkan interaksi langsung dengan manusia.

3. Sistem realtime

adalah mekanisme pengontrolan, perekaman data, pemrosesan yang sangat cepat sehinga output yang dihasilkan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama. Perbedaan dengan sistem on-line adalah satuan waktu yang digunakan real-time biasanya seperseratus atau seperseribu detik sedangkan on-line masih dalam skala detik atau bahkan kadang beberapa menit. Perbedaan lainnya, on-line biasanya hanya berinteraksi dengan pemakai, sedangkan real-time berinteraksi langsung dengan pemakai dan lingkungan yang dipetakan.

Database

Database adalah susunan record data operasional lengkap dari suatu organisasi/perusahaan, yang terorganisir dan disimpan secara integrasi dengan menggunakan metode tertentu dalam komputer sehingga mampu memenuhi informasi optimal yang diperlukan oleh pemakai.

Tugas 1

  1. Penjelasan mengenai sistem informasi psikologi

Menurut informasi pada link berikut ini terdapat beberapa pengertian atau definisi sistem informasi. Menurut Mc Leod, sistem informasi adalah suatu sistem yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi. Menurut B. Davis, sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Sedangkan menurut D. Muhyuzir, sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, diklasifikasikan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah informasi entitas terkait tunggal dan mendukung satu sama lain sehingga menjadi informasi berharga bagi mereka yang menerimanya.

  1. Sistem informasi psikologi

Sistem informasi psikologi tentu sama dengan sistem informasi pada umumnya, hanya saja sistem informasi tersebut dipakai di bidang psikologi. Sistem informasi psikologi merupakan sistem terpadu manusia dan mesin yang berfungsi untuk menyediakan informasi, untuk mendukung sistem operasi, proses dalam bidang psikologi, analisa dan pengambilan keputusan. Contoh adalah bermunculannya web yang menyediakan tes psikologi online seperti link, ketika individu mengisi tes-tes tersebut itu adalah data, kemudian ketika data tersebut diolah dan berubahlah data tersebut menjadi informasi yang berguna bagi individu tersebut, dalam hal ini tentu hasil tes. Contoh lainnya adalah skoring tes menggunakan bantuan komputer yang database-nya sudah dirancang sedemikian rupa.

  1. Menurut Suryadi (1996), Arsitektur komputer adalah desain komputer yang meliputi set instruksi, komponen hardware, dan organisasi atau susunan sistemnya. Ada dua bagian pokok dalam arsitektur komputer, yaitu instruction-set architecture (ISA)/ arsitektur set instruksi dan hardware-system architecture (HAS)/arsitektur sistem hardware. ISA meliputi spesifikasi yang menentukan bagaimana programmer bahasa mesin akan berinteraksi dengan komputer. Pada umumnya, komputer dipandang dari segi ISA-nya yang menentukan sifat komputasional komputer. Sebaliknya, HAS berkaitan dengan subsistem hardware utama komputer, yang meliputi central processing unit (CPU)/unit pemrosesan sentral, sistem penyimpanan, input-ouput (I/O) system (yang merupakan interface komputer terhadap dunia luar). HSA mencakup desain logis dan organisasi arus data dari subsistem dan oleh karenanya tingkat HAS yang luas akan menjadikan mesin dapat beroperasi secara efisien.
  2. Struktur kognisi manusia

Menurut Howard (dalam Basuki, 2008), Struktur kognisi (pemrosesan informasi) pada manusia adalah merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 subsistem yang terdiri dari register sensorik (sensory registers), memori yang sedang bekerja (working memory), dan memori jangka panjang (long term memory). Register sensorik berfungsi untuk menyimpan informasi yang berbentuk stimulus berdasarkan kejadian yang dialami. Working memory berfungsi untuk mempertahakan informasi, yang kapasitasnya terbatas. Sedangkan long term memory berfungsi untuk menyimpan secara permanen keseluruhan pengetahuan individu.

  1. Keterkaitan arsitektur komputer dan struktur kognisi manusia

Arsitektur komputer dan struktur kognisi manusia bagaimana pun tidak dapat disamakan walaupun keduanya mempunyai konsep tujuan yang sama, yaitu bagaimana informasi diproses. Pada dasarnya arsitektur komputer meniru struktur kognisi manusia, hanya saja jika manusia bisa memproses informasi apapun yang didapat baik itu yang dilihat, didengar maupun diraba, arsitektur komputer hanya dapat memproses informasi yang terdapat di database saja. Tujuan dibuatnya arsitektur konputer pun semata-mata untuk membentu kerja struktur kognisi manusia pada hal-hal tertentu.

  1. Kelebihan dan kelemahan arsitektur komputer serta struktur kognisi manusia

Jika berbicara mengenai kelebihan dan kekurngan dari arsitektur komputer dan stuktur kognisi manusia, keduanya tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri pada sisi masing-masing. Menurut Solso, Maclin & Maclin (2008) komputer (arsitektur komputer) mempunyai kelebihan dalam hal memproses informasi operasi aritmatika dan logika yang pada umumnya tidak mampu dilakukan manusia dengan baik. Sedangkan manusia dengan struktur kognisinya mempunyai kemampuan yang baik dalam hal menyusun generalisasi, membuat kesimpulan, memahami pola-pola yang kompleks dan tentunya mampu memproses emosi. Sedangkan kelemahan yang dimiliki keduanya kerupakan kebalikannya, kelemahan arsitektur komputer hanya bisa memproses infromasi yang terdapat pada databasenya, yang tentunya dibuat oleh manusia. Stuktur kognisi manusia tidak dapat memproses infromasi logika dan aritmatika secepat yang dilakukan oleh arsitektur komputer, bahkan untuk informasi aritmatika dan logika yang sangat rumit, manusia membutuhkan alat bantuan.

Sumber:

http://www.dosenpendidikan.com/12-pengertian-dan-fungsi-sistem-informasi-menurut-para-ahli/

Basuki. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Solso., Maclin., Maclin (2008). Psikologi kognitif: edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Suryadi. (1996). Pengantar sistem informasi (seri diktat kuliah). Jakarta: Universitas

Gunadarma.

Analisis kelompok mengenai video terapi person centered

Menurut kelompok kami, pandangan person-centered menekankan pentingnya penerimaan pasien oleh terapis dan penghargaan terhadap integritasnya sebagai individu yang mandiri dan otonom. Hubungan tersebut harus bebas dari segala macam tekanan atau paksaan secara halus. Terapis tidak boleh memasukkan nilai-nilai dan praduga-praduganya sendiri ke dalam hubungan terapi, dia juga tidak boleh menggunakan prosedur-prosedur yang biasa digunakan seperti; menetapkan tujuan-tujuan, memberikan nasehat, mendorong, menafsirkan dan menetapkan hal-hal yang akan dibicarakan. Terapis tidak memberikan peranan pasif dalam terapi melainkan memperlihatkan peranan aktif yang hangat dan tanggap terhadap pasien serta menerima pasien sebagai seorang pribadi. Syarat yang harus terjadi pada terapis saat terapi adalah:

  • Unconditional positive regard (penerimaan hangat); merupakan sikap menerima pasien apa adanya. Terapis dengan ikhlas hati menerima dan menghargai pasien. Dengan kata lain, penerimaan berarti pengakuan terhadap hak pasien untuk memiliki perasaan-perasaan. Hal yang juga perlu ditekankan bahwa seorang terapis harus bersifat non-posesif maksudnya adalah seorang terapis tidak boleh membutuhkan penghargaan untuk disukai atau diterima. Jika itu terjadi maka dalam proses terapis, pasien sulit mendapatkan dukungan sehingga perubahan pada pasien akan terhambat. Dalam video terapis mengatakan kalimat yang mengandung unconditional positif regard yaitu; “memang terasa kurang nyaman untuk berbagi rasa dengan orang asing terutama untuk masalah yang sangat pribadi bahkan, saya pun tidak bisa memprediksi bagaimana perasaan anda setelah ini. Saya telah bertemu banyak orang yang merasa kurang nyaman hingga perlahan-lahan mereka mulai lebih terbuka dan santai”.
  • Emphaty; salah satu tugas terapis adalah memahami secara peka dan akurat pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan pasien. Penekanannya terletak pada “disisni” dan “kini”, dengan pemahaman empatik, terapis dapat mendorong pasien agar lebih erat dengan dirinya sendiri, dan dapat mengalami perasaan-perasaannya sendiri secara lebih mendalam, dan dengan demikian dia dapat mengakui ketidakselarasan dan pengalaman organismiknya. Dari video tersebut terapis mengatakan ”Jadi, anda cukup khawatir terhadap anak-anak anda. Anak anda John mungkin lebih ‘oke, saya bisa atasi ini’ walaupun merasa masih kurang nyaman, namun anda akan lebih khawatir pada Jackie yang lebih perasa, sehingga anda sangat mengkhawatirkan kondisi anak-anak anda. Benar seperti itu?”.
  • Kongruensi; kesediaan terapis untuk memahami secara betul dan terbuka, dalam hubungannya dengan pasien. Kondisi ini ditandai dengan hubungan yang tulus dan tidak mengada-adakan (realistis) perasaan dari pasien. Dari video tersebut terapis mengatakan “saya terkesan dengan upaya anda untuk memperhatikan anak anda dan anda ingin mengutamakan mereka. Selain itu anda juga ingin memastikan bahwa anak anda dalam keadan yang baik dan itu adalah kerja yang bagus bagi anda sebagai ayah mereka dalam menjaga mereka.”

Ketiga syarat tersebut perlu diperhatikan bagi terapis bahwa, semakin besar kadarnya seorang terapis paham dengan perasaan pasien maka semakin besar juga peluang yang dimiliki pasien untuk melangkah maju dalam terapi.

Kesimpulan dari klien mengenai masalah yang dihadapinya;
Klien merasa bahwa mengakhiri hubungannya (bercerai) dengan sang istri bukanlah solusi yang tepat, ia merasa khawatir dengan efek yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut kepada kedua anaknya. Ia masih ingin mempertahankan hubungannya dengan sang istri agar bisa menjadi keluarga yang harmonis seperti dulu, untuk itu ia akan berupaya untuk menyelesaikan konflik antara dirinya dan sang istri.

berikut adalah link video yang kami analisis https://www.youtube.com/watch?v=SYdTdMDVc4E

kelompok:

Ani Andriani Nurhasanah 10512928

Linda Lindiawati (14512218)

Nafisah (15512224)

Nurul Fatikah (15512532)

Septia Nur Aini (16512924)

3PA01

Konsep Carl Rogers

a. Munculnya masalah atau gangguan

Menurut teori Rogers orang yang membutuhkan terapi adalah orang yang merasa tidak berdaya, tidak berenergi dan tidak mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan atau tidak efektif dalam mengarahkan hidupnya, itulah yang dapat memunculkan masalah atau gangguan menurut Rogers.

b. Tujuan terapi

Tujuan terapi ini adalah berfokus pada klien bukan pada masalah yang dihadirkan klien. Rogers (dalam Corey, 2009) tidak percaya bahwa tujuan dari terapi adalah untuk mengatasi masalah, tetapi untuk membantu klien dalam proses perkembangannya, sehingga klien dapat melakukan penyelesaian masalah saat ini dan masalah di masa depan dengan lebih baik. Lebih lanjut, Rogers mengatakan bahwa subjek yang sudah berkembang dan mencapai aktualisasi akan memiliki empat hal yaitu terbuka terhadap pengalaman, percaya pada diri mereka, evaluasi terhadap sumber internal dan keinginan untuk terus berkembang.

c. Peran terapis

Rogers mengungkapkan, terapis harus menjaga 3 atribut untuk membuat klien dapat bergerak maju dan menjadi apa yang mereka mau, yaitu kongruensi (keaslian atau kemurnian), penerimaan positif tanpa syarat (menerima dan menjaga), pemahaman tegas dan akurat (kemampuan untuk secara dalam menggenggam dunia subjektif orang lain).

Terapis pada terapi person-centered lebih dititik beratkan pada sikapnya bukan pada pengetahuan, teori atau teknik mereka untuk memfasilitasi perubahan kepribadian klien. Secara mendasar, terapis menggunakan diri mereka untuk menjadi intrumen perubahan. Teori person-centered berpegangan bahwa fungsi terapis adalah hadir dan memberikan akses kepada klien dan fokus pada pengalaman mereka. Perubahan terapeutik tergantung pada persepsi klien mengenai pengalaman mereka selama terapi dan sikap dasar konselornya.

d. Metode-metode

Metode dalam terapi person-centered Rogers tidak berpusat pada penyelesaian masalah, tetapi berpusat pada klien. Karena fokus terapi ini adalah bukan pada masalah namun pada klien tersebut.

Sumber:

Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 8th eds. Belmont: Thomson Higher Education

Konsep Dasar Teori Humanistik Eksistensial

a. Munculnya masalah atau gangguan

Fokus masalah dalam humanistic eksistensial adalah ketika individu merasa sendiri di dunia dan merasa terisolasi, dari perasaan subjektif itulah yang akan memunculkan masalah.

b. Tujuan terapi

Bugental (dalam Corey, 2009) mengidentifikasi 3 tugas pokok terapi yaitu membantu klien dalam mengenali bahwa mereka tidak sepenuhnya hadir dalam proses terapi dan melihat bagaimanapola tersebut dapat membatasi mereka keluar dari terapi, mendukung klien dalam menghadapi kecemasan-kecemasan bahwa mereka telah sangat lama menghindar, dan menolong klien menemukan kembali dirinya dan dunianya dalam jalan yang memelihara keaslian kontak dengan hidup yang lebih besar.

c. Peran terapis

Tugas pokok terapis dalam eksistensial terapi adalah fokus memahami dunia klien untuk dapat membantu mereka mendapatkan pemahaman dan pilihan-pilihan yang baru. Terapis juga harus fokus pada penghindaran klien terhadap tangggung jawab; mereka mengundang klien untuk menerima tanggung jawab personal.

d. Teknik-teknik

Dalam humanistic eksistensial, terapinya tidak sama dengan terapi lain yang menekankan pad teknik, terapi eksistensial ini tidak menekankan teknik tetapi memprioritaskan pemahaman terhadap dunia klien.

Sumber:

Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 8th eds. Belmont: Thomson Higher Education

Konsep Dasar Teori Psikoanalisis

a. Struktur kepribadian

Struktur kepribadian menurut pandangan psikoanalisis terdiri dari tiga struktur, yaitu id, ego dan superego. Id adalah sistem kepribadian yang asli atau original yang telah ada ketika manusia dilahirkan. Id merupakan sumber pokok energi fisik dan pusat insting. Ia yang berperan sebagai prinsip kepuasan dalam diri manusia, yang bertujuan menurunkan tegangan, mnghindari kesakitan dan mendapatkan kepuasan. Id bersifat tidak logis, amoral, dan didorong untuk memuaskan kebutuhan instingtual. Id secara garis besar tidak disadari atau diluar kesadaran. Ego adalah struktur kepribadian yang memiliki kontak dengan dunia eksternal atau realita. Ego merupakan pemimpin yang memimpin, mengontrol dan mengatur kepribadian manusia. Ia juga sebagai media antara insting dan lingkungan sekitar. Ego bertugas mengontrol kesadaran dan mensensor. Ia berprinsip realita yang beraksi secara realistis dan berpikir secara logika serta merancang rencana dari suatu aksi untuk memuaskan kebutuhan. Sedangkan superego adalah struktur yang menilai dan mengadili atau bersifat yudisial. Superego merupakan struktur kepribadian yang meliputi kode moral manusia, yang berpusat pada baik atau buruk dan benar atau salah suatu perbuatan. Ia menghadirkan sesuatu yang dianggap ideal daripada kenyataan atau kenikmatan, melainkan kesempurnaan.

b. Kesadaran

Menurut Freud (dalam Corey, 2009) kesadaran adalah irisan tipis dari jumlah pikiran manusia. Kesadaran adalah pikiran yang muncul ke permukaan diri manusia.

c. Ego- Defense mechanism

Membantu individu untuk mengatasi kecemasan dan mencegah ego merasa kewalahan. Ego-defense mechanic mini memiliki dua karakteristik yaitu mereka masing-masing menolak atau mendistorsi kenyataan dan mereka beroperasi pada level ketidaksadaran.

d. Perkembangan psikoseksual

Perkembangan psikoseksual menurut Freud ada beberapa tahapan yaitu tahap oral, anal, phallic, latency dan genital. Tahap oral terjadi pada tahun pertama kehidupan manusia, mencerminkan kebutuhan pemuasan oral. Tahap anal terjadi pada usia 1 sampai 3 tahun. Phallic terjadi pada usia 3 sampai 6 tahun, latency usia 6 sampai 12 dan genital bermula pada usia 12 hingga manula dengan perkembangan yang berbeda-beda.

e. Tujuan terapi

Tujuan utama terapi psikoanalisis adalah membuat ketidaksadaran menjadi suatu kesadaran dan untuk memperkuat Ego, sehingga perilaku seseorang lebih didasari pada kenyataan dan mengurangi instingtual atau perasaan menyesal yang tidak rasional.

f. Fungsi dan peran terapis

Dalam terapi psikoanalisis dilakukan pendekatan yang disebut “blank-screen” dimana analisnya diasumsikan sebagai anonymous. Antara klien dan analis harus terjalin kedekatan dengan sedikit self disclosure dan menjaga perasaan tetap netral untuk membantu berkembangnya hubungan transference (hubungan kedekatan antara klien dan terapis), sehingga klien dapat membuat proyeksi pada kedekatan mereka. Hubungan transference ini merupakan pondasi dalam terapi psikoanalisis.

g. Asosiasi bebas

Adalah teknik sentral dalam terapi psikoanalisis dan memainkan peran penting dalam proses menjaga kerangka kerja analisis. Dalam asosiasi bebas, klien didorong untuk mengungkapkan apapun yang muncul dalam pikirannya. Teknik ini adalh salah satu teknik dasr yang digunakan untuk membuka pintu ketidaksadaran dari keinginan, fantasi, konflik dan motivasi.

h. Analisis transference

Merupakan teknik sentral dalam psikoanalisis dan terapinya, yang memungkinkan klien untuk menerima insight yang ada disini dan saat ini kedalam pengaruh masa lalu terhadap fungsi mereka saat ini. Teknik ini dipakai dengan dijalinnya hubungan transference antara klien dan terapis.

i. Analisis resisten

Resisten adalah konsep mendasarkan untuk praktik psikoanalisis. Secara spesifik, resisten adalah keengganan klien untuk membawa material ketidaksadaran ke permukaan kesadarannya.

j. Analisis mimpi

Analisis mimpi merupakan prosedur penting untuk membuka material ketidaksadaran dan member klien insight terhadap area masalah-masalah yang belum diatasi. Analisis mimpi didasarkan pada pendapat freud yang mengatakan bahwa mimpi merupakan perjalan ke alam bawah sadar.

Sumber:

Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 8th eds. Belmont: Thomson Higher Education

Person Centered Therapy (Rogers)

Pendekatan person-centered didasarkan pada konsep psikologi humanistic, yang banyak dibahas oleh Carl Rogers pada awal 1940-an. Rogers mengungkapkan, terapis harus menjaga 3 atribut untuk membuat klien dapat bergerak maju dan menjadi apa yang mereka mau, yaitu kongruensi (keaslian atau kemurnian), penerimaan positif tanpa syarat (menerima dan menjaga), pemahaman tegas dan akurat (kemampuan untuk secara dalam menggenggam dunia subjektif orang lain). Tujuan terapi ini adalah berfokus pada klien bukan pada masalah yang dihadirkan klien. Rogers (dalam Corey, 2009) tidak percaya bahwa tujuan dari terapi adalah untuk mengatasi masalah, tetapi untuk membantu klien dalam proses perkembangannya, sehingga klien dapat melakukan penyelesaian masalah saat ini dan masalah di masa depan dengan lebih baik. Lebih lanjut, Rogers mengatakan bahwa subjek yang sudah berkembang dan mencapai aktualisasi akan memiliki empat hal yaitu terbuka terhadap pengalaman, percaya pada diri mereka, evaluasi terhadap sumber internal dan keinginan untuk terus berkembang.

Terapis pada terapi person-centered lebih dititik beratkan pada sikapnya bukan pada pengetahuan, teori atau teknik mereka untuk memfasilitasi perubahan kepribadian klien. Secara mendasar, terapis menggunakan diri mereka untuk menjadi intrumen perubahan. Teori person-centered berpegangan bahwa fungsi terapis adalah hadir dan memberikan akses kepada klien dan fokus pada pengalaman mereka. Perubahan terapeutik tergantung pada persepsi klien mengenai pengalaman mereka selama terapi dan sikap dasar konselornya.

Sebagai kemajuan konseling, klien dapat mengeksplor lebih luas kepercayaan dan perasaannya. Mereka dapat mengekspresikan ketakutan, kecemasan, perasaan bersalah, malu, benci, marah, dan emosi-emosi lainnya yang mereka anggap terlalu negativf untuk diterima dan digabungkan ke dalam struktur diri mereka. Menurut Tallman dan Bohart (dalam Corey, 2009) filosofi person-centered terapi didasari pada asumsi bahwa klien yang menyembuhkan dirinya, yang menciptakan perkembangan dirinya, dan yang menjadi agen pokok dalam perubahan.

Sumber:

Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 8th eds. Belmont: Thomson Higher Education

Terapi Humanistik Eksistensial

Menurut Russell (dalam Corey, 2009) terapi eksistensial merupakan teapi yang lebih mementingkan jalan pikiran daripada gaya tertentu dalam praktik psikoterapinya. Terapi ini paling baik digambarkan sebagai pendekatan filosofis yang mempengaruhi praktik terapeutik konselor. Pendekatan tersebut didasari pada asumsi bahwa kita adalah individu yang bebas dan oleh karena itu dapat memilih dan melakukan aksi. Kita merupakan penulis hidup kita, dan kita merancang jalan yang akan kita ikuti.

Dasar pikiran eksistensial adalah bahwa kita bukanlah korban dari keadaan sekitar, untuk tingkat yang lebih luas, kita adalah apa yang kita pilih. Tujuan pokok dari terapi ini adalah untuk mendorong klien guna mereflesikan hidupnya, untuk mengenali jarak alternativenya, untuk menentukan diantara mereka.

Tokoh-tokoh yang mengembangkan pendekatan-pendekatan eksistensial mereka untuk psikoterapi antara lain Victor Frankl, Rollo May, James bugental dan Irvin Yalom. Tetapi yang menjadi tokoh sentralnya adalah Victor Frankl yang telah mengembangkan eksistensial terapi di Eropa dan juga membawanya ke Amerika Serikat.

Dimensi dasar kondisi manusia berdasarkan pendekatan eksistensial, meliputi kapasitas kesadaran diri, kebebasan dan tanggung jawab, membuat identitas seseorang dan membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain, mencari makna, tujuan, nilai, dan cita-cita, kecemasan sebagai kondisi kehidupan serta kesadaran akan kematian dan ketidakberadaan.

Bugental (dalam Corey, 2009) mengidentifikasi 3 tugas pokok terapi:

  1. Membantu klien dalam mengenali bahwa mereka tidak sepenuhnya hadir dalam proses terapi dan melihat bagaimanapola tersebut dapat membatasi mereka keluar dari terapi.
  2. Mendukung klien dalam menghadapi kecemasan-kecemasan bahwa mereka telah sangat lama menghindar.
  3. Menolong klien menemukan kembali dirinya dan dunianya dalam jalan yang memelihara keaslian kontak dengan hidup yang lebih besar.

Tugas pokok terapis dalam eksistensial terapi adalah fokus memahami dunia klien untuk dapat membantu mereka mendapatkan pemahaman dan pilihan-pilihan yang baru. Terapis juga harus fokus pada penghindaran klien terhadap tangggung jawab; mereka mengundang klien untuk menerima tanggung jawab personal.

Sumber:

Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 8th eds. Belmont: Thomson Higher Education

terapi psikoanalisis

Terapi psikoanalisis tentunya dipengaruhi oleh prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikoanalisis. Beberapa dari pendekatan terapetiknya merupakan perluasan dari model psikoanalisis, dan hal yang lain-lainnya seperti konsep dan prosedur merupakan modifikasi. Jika berbicara mengenai psikoanalisis, tokoh yang berpengaruh tentu saja Freud. Sistem psikoanalisis dari Freud merupakan perkembangan model psikoanalisis dan pendekatan psikoterapinya. Freud memberikan “wajah” baru pada psikoterapi, dengan memanggil perhatian pada faktor-faktor psikodinamik yang memotivasi perilaku, berfokus pada peran ketidaksadaran (Unconscious) dan mengembangkan prosedur terapeutik pertama untuk memahami dan memodifikasi struktur dari dasar karakter seseorang. Tujuan dari terapi psikoanalisis Freudian adalah untuk membuat ketidaksadaran menjadi kesadaran dan untuk memperkuat Ego, sehingga perilaku seseorang lebih didasari pada kenyataan dan mengurangi instingtual atau perasaan menyesal yang tidak rasional. Metode terapeutiknya yaitu mengeluarkan material-material ketidaksadaran pada masa lalu seseorang untuk direkonstruksi, didiskusikan, diinterpretasi dan dianalisis. Terapi psikoanalisis diorientasikan untuk mencapai insight yang bisa memodifikasi kepribadian dan struktur karakter seseorang.

Dalam terapi psikoanalisis dilakukan pendekatan yang disebut “blank-screen” dimana analisnya diasumsikan sebagai anonymous. Antara klien dan analis harus terjalin kedekatan dengan sedikit self disclosure dan menjaga perasaan tetap netral untuk membantu berkembangnya hubungan transference (hubungan kedekatan antara klien dan terapis), sehingga klien dapat membuat proyeksi pada kedekatan mereka. Hubungan transference ini merupakan pondasi dalam terapi psikoanalisis. Tugas klien dalam terapi psikoanalisis adalah menceritakan apapun yang ada dipikirannya tanpa adanya sensor atau biasa disebut dengan teknik asosiasi bebas yang merupakan peran fundamental dalam terapi ini. Klien harus melaporkan perasaannya, pengalamannya, ingatannya bahkan fantasinya kepada analis. Klien pada terapi psikoanalisis harus membuat komitmen dengan terapis untuk tetap berada pada prosedur untuk proses terapeutik yang intensif. Keduanya harus setuju untuk berbicara karena produksi verbal mereka merupakan jantung dari terapi psikoanalisis tersebut. Selanjutnya klien dapat mengakhiri sesi jika klien dan terapis telah mendapat kata sepakat dalam menangani simtom dan konflik, telah mengklarifikasi dan menerima masalah-masalah emosional mereka, telah mengerti akar dari kesulitan mereka dan dapat mengintegrasi kesadaran mereka akan masa lalu dengan hubungan yang ada saat ini.

Fitur-fitur dalam terapi psikoanalisis meliputi:

  1. Terapi lebih ditujukan untuk tujuan yang dibatasi daripada merestruktur kepribadian seseorang.
  2. Terapis tidak diperkenankan menggunakan tempat tidur.
  3. Lebih sedikit sesi setiap minggu
  4. Lebih sering menggunakan intervensi berupa dukungan.
  5. Fokus lebih kepada menekan kepentingan praktikal daripada berkeja dengan material fantasi

Tekni-teknik dasar dalam terapi psikoanalisis yaitu menjaga kerangka kerja analisis, asosiasi bebas, interpretasi, analisis mimpi, analisis hambatan, dan analisis transference.

Sumber:

Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy. 8th eds. Belmont: Thomson Higher Education

artikel 3

Perbedaan Psikoterapi dan Konseling

Psikoterapi dan konseling memiliki beberapa perbedaan, konseling hanya melakukan kegiatan dengan melakukan komunikasi secara verbal antara klien dan konselor, sedangkan psikoterapi tida hanya melibatkan aktivitas verbal saja namun juga terlibat dengan aktivitas secara fisik dimana banyak terapi yang melibatkan pergerakan fisik dari klien. Kemudian, dari segi bahasa, orang yang melakukan konseling terhadap klien dinamakan konselor sedangkan orang yan melakukan terapi kepada klien dinamakan terapis. Tugas dari konselor hanyalah melakukan aktivitas verbal dengan kliennya dan berusaha merubah atau menata kembali pola pikir klien dengan bermain kata-kata dan memberikan pilihan jalan keluar bagi klien yang sesuai dengan kemampuan klien tanpa membuat klien tersebut bergantung padanya. Sedangkan tugas dari terapis adalah memberikan treatment-treatment yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien yang tidak hanya melibatkan aktivitas verbal saja tetapi bisa juga melibatkan aktivitas secara fisik, tergantung dengan jenis terapi yang digunakan, dan tentunya juga tidak membuat klien tersebut tergantung kepada terapis tersebut.

Pendekatan-pendekatan terhadap mental illness

  1. Pendekatan Biologis

Pendekatan ini tentunya tentunya berdasarkan ilmu biologi dan pola-pola biologis dalam diri manusia. Pendekatan ini menggunakan penjelasan secara biologis terhadap suatu gangguan mental dan meyakini bahwa sebagian besar gangguan mental diperoleh melalui genetik atau nature dibandingkan lingkungan atau nurture, sebut saja salah satu tokohnya adalah Francis Galton. Ia melakukan penelitian terhadap genetik individu dengan subjek anak kembar pada akhir tahun 1800 di Inggris. Treatment yang diberikan melalui pendekatan ini antara lain Insulin Coma Therapy yang dikemukakan oleh Sakel (1938), Electroconvulsive Therapy (ECT) oleh Ugo Cerletti dan Lucino Binni dan pada tahun 1935 Egas Moniz mengemukakan Prefrontal Lobotomy.

  1. Pendekatan Psikologis

Pendekatan ini memakai sudut pandang psikologi dalam menjelaskan gangguan mental individu dan dalam melakukan terapi terhadap individu dengan gangguan mental. Sudut pandang psikologi ini muali bermunculan pad akhir abad ke 18, yang bermula di Prancis dan Austria kemudian Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya mulai banyak bermunculan seperti Mesmer dan Charcot, Breuer dan barulah Freud

  1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini berkaitan dengan sosiologi yang menggunakan sosialisasi sebagai kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Melalui pendekatan ini, diketahui pentingnya dukungan sosial, dan proses sosialisasi dengan orang lain.

  1. Pendekatan Filosofis

Pendekatan ini berdasarkan dasar filsafah dan filosofis. Bagaimana pandangan, martabat dan system nilai menjadi pendekatannya.

Bentuk-bentuk Terapi

  1. Supportive

Bentuk terapi ini mementingkan dukungan atau support terhadap klien atau pasien sebagai jalan untuk membantu masalah klien tersebut. Dimana terapis memberikan dukungan, bimbingan dan keyakinan.

  1. Reeducative

Bentuk terapi ini lebih kepada mengedukasi pasien namun tidak membuat pasien seakan digurui. Terapis membantu meringankan beban masalah klien dengan mengedukasi kembali jalan pikirannya.

  1. Reconstructive

Bentuk terapi ini adalah menyusun kembali pola-pola pikiran klien dan mengubahnya dari pikiran-pikiran yang negative menjadi pola pikir yang lebih positif.

Sumber:

Kring, M., Johnson, L., Davison, C., Neale, M. (2012). Abnormal psychology (12th ed). Berkeley: Wiley.